Kuliner Ekstrim di Jogja Berbahan Hewan Udara

Kuliner Ekstrim di Jogja Berbahan Hewan Udara

1. Emprit Goreng
Burung emprit siap goreng
Menu unik yang ada di Waroeng Dhahar Pulosegaran. Bahan nya tidak biasa dan jarang ditemui. Yakni Manuk Emprit atau Burung Pipit. Burung ini adalah burung kecil yang sering memkan padi disawah. Oleh chefnya, burung kecil tersebut dibuat menjadi menu makanan yang lain daripada yang lain. Sebagai tempat yang mengkaji budaya jawa tempat ini menemukan bahwa di Surat Centini tentang kemanfaatan dari menu ini. Manuk emprit berkasiat untuk penyembuh asma. Sekadar informasi saja Serat Centhini adianggap sebagai ensiklopedi budaya jawa. Centini dibuat pada 1814 di Keraton Surakarta yang mempunyai halaman 6.000 lembar menceritakan pengembaraan Seh Amongraga ke pelosok Tanah Jawa. Tidak ada rasa amis dalam masakan ini penanda chef mengolah bahan dengan bagus. Rasanya gurih dan menurut saya pribadi enak dan terasa cruncy. Oh iya selain emprit ada juga menu bajing yang dapat dinikmati dalam bentuk goreng ataupun tongseng juga


2. Codot Goreng ( Kelelawar Buah ) Cypnoterus titthaecheilus
baceman codot
Codot diyakini mampu menyembuhkan berbagai gangguan pernafasan (asma, bengek, sesak nafas). Kami menjual daging codot dalam kondisi sudah dibersihkan (beku/segar) hasil buruan kami sendiri.Untuk codot, karena hasil buruan tidak dapat dipastikan, silahkan menghubungi untuk memesan dan mengecek ketersediaan stok.
Harga daging codot: Rp. 3.000/ekor. Berminat hubungi : EKO 085743349923 (SMS)

3. Tongseng Kelelawar
Tongseng Kelelawar
Tongseng Kelelawar adalah menu unik, yang oleh banyak orang dianggap ekstrim, yang dapat kita nikmati saat kita sedang berkunjung ke Yogyakarta. Tapi jangan salah, menu ini bukan menu yang terkenal. Jika kita mencoba bertanya ke mereka yang merupakan penduduk asli Yogyakarta, kemungkinan besar mereka pun belum pernah mendengarnya. Tapi Tongseng Kelelawar benar-benar ada. Untuk menyantap makanan yang ekstrim ini, kita dapat berkunjung ke warung milik Romiyati yang beralamat di Jl. Bantul Km 6 Desa Glondong winongo,Kasihan, Bantul Yogyakarta. Letak warung ini tidak terlalu jauh dari pusat kota Yogyakarta, dan berada di tepi jalan raya bantul, dekat sungai winongo atau dekat pasar klitikan niten. Posinya agak masuk gang. bekas jalur kereta api yang menghubungkan jogja-bantul. Warung yang menjual beragam menu yang ekstrim ini buka setiap hari dari jam 3 sore sampai dengan jam 10 malam.
ATAU : Suka makanan ekstrem? Di warung Pak Bhe ini jual daging kelelawar dan bajing dimasak baceman. enak lho dan berkhasiat. Cobain aja. Buka mulai jam 19:30 sampai habis

4. Malon ( Manuk Londo )
Quail bird / Gemak Gedhe / Manuk Londo
Dilihat dari namanya unik. Burung ini lebih besar dari burung dara, tetapi lebih kecil dari ayam kampung. Memilii bulu seperti burung puyuh. sejenis unggas, yang aslinya bernama French Quail. Malon ini memang didatangkan dari luar negeri, namun saking banyaknya permintaan Cupuwatu Resto berkerjasama dengan petani lokal disekitar restoran untuk memelihara manuk ini, jadi Cupuwatu Resto ikut mensejahterakan warga disekitar restoran ini. Cupuwatu Resto ini memiliki empat menu special dari Manuk Londo ini yaitu yang pertama Manuk Londo kuning, Manuk Londo ala paking, Manuk Londo bakar klaten, Manuk Londo BBQ, semua harga dibrandol hanya dengan 27.500,00
Petunjuk Jalan - Street View

5. Baceman Kalong

Kalong
Binatang simbol “Batman” inipun jadi santapan orang Gunungkidul. Dagingnya digoreng, dan konon baik buat obat (lupa obat apa). Cara berburunya cukup susah dan sejujurnya saya belum pernah melakukannya. Karena harus dilakukan pada malam hari dan menggunakan jaring besar. Jaring dibentangkan di sekitar pohon yang ada kalongnya untuk menjebak binatang itu. Selain dagingnya, tulang kalong juga digunakan untuk pipa rokok.
Nah itu, hanya sebagian kecil dari makanan aneh orang Gunungkidul. Belum ada kajian khusus kenapa orang Gunungkidul punya kuliner yang ekstrem macam itu. Tetapi saya pernah menduga hal itu terjadi karena Gunungkidul memang sempat terjadi kekeringan dan kelaparan di sekitar tahun 1960an. Dalam kondisi lapar, orang akan cenderung untuk makan apa saja yang bisa dimakan. Mungkin (ini mungkin) hal itulah yang menjadikan mereka kreatif dalam mencari makan. Apapun dimakan. Warung Bu Wanti di daerah Panggang Gunungkidul , Sebuah warung di pertigaan Desa Giriharjo, di seberang terminal. Warung lesehan Pak Bhe Jl Suryowijayan,Pojok Beteng Kulon Yogyakarta. Kuliner Puro Pakualaman dan Warung Codot di daerah Ponjong, Wonosari. Warung warung itu menyediakan masakan ekstrem di jogja dengan daging codot, kelelawar, kalong.





<<      >>

1 2 3 4 5 6 7