Golek Retno Adaninggar

Golek Retno Adaninggar, menampilkan tarian klasik jawa dengan gaya Golek Menak yang diadaptasi dari wayang golek. Tarian Solo ini menggambarkan masa ketika putri China, Retno Adaninggar menyadari bahwa musuhnya menangkap semua orang-orang yang dikasihinya. Mulai dari itu Retno Adaninggar bersiap-siap untuk ikut ke medan pertempuran.

Golek Retno Adaninggar
Tari Golek sebagai kata kerja berarti mencari, tapi sebagai kata benda golek bisa berarti boneka (kayu). Kalau kita ingat wayang golek, itu adalah wayang dari boneka kayu. Penutup pertunjukan wayang kulit pun biasanya disajikan tarian boneka kayu, itu juga biasa disebut golek. Golek  di akhir cerita wayang, merupakan simbol agar penonton wayang nggoleki tuntunan dari tontonan yang baru saja dilihat. Ternyata bukan hanya pertunjukan wayang kulit yang diakhiri dengan adegan golek. Ada opera tari Jawa yang melakukan hal yang sama, tetapi goleknya  golek  hidup. Maksudnya, ada tarian yang menyerupai fungsi  golek  di akhir lakon wayang kulit, tetapi bukan golek dari kayu, tapi justru manusia. Ya, seorang gadis menari di akhir pertunjukan opera tari Jawa yang bernama Langen Mandra Wanara. Sama fungsinya, mengajak orang mencari intisari cerita dan tuntunannya. Tentang opera tari Jawa ini, akan dibuat tulisan tersendiri. Dua hal di atas, dimungkinkan merupakan awal dari lahirnya berbagai macam tari Golek. Sebuah tarian yang biasa dibawakan remaja putri. Selama ini, tari Golek hanya selalu   dikatakan   sebagai   tarian   yang   menggambarkan   remaja   putri   yang   sedang berhias diri, atau bersolek. Memang di dalam tari Golek, ada bagian yang menggambarkan seorang perempuan yang sedang berhias diri, seperti:
tasikan : memakai bedak,
atrap cundhuk : memasang cundhuk, hiasan yang dipasang di sanggul
atrap jamang : memasang jamang, semacam mahkota.
atrap slepe : memasang sabuk,
dolanan supe : memain-mainkan cincin,
ngilo : berkaca.
miwir rikma : merapikan rambut, semacam menyisir, dan lain-lain

Yang terlihat (di  panggung) memang orang yang sedang bersolek, sehingga orang menyatakan bahwa tari Golek menggambarkan gadis remaja yang sedang berdandan. Tetapi, penulis percaya, tari Golek tidak sedangkal itu maknanya. Golek dimungkinkan berarti mencari. Mencari tuntunan dan jati diri. Ketika berada di akhir pertunjukan Langen Mandra Wanara fungsinya mengingatkan orang untuk mencari tuntunan dari sajian certa, ketika berdiri sendiri sebagai tarian tunggal (solo) lepas, berfungsi sebagai tari tontonan atau pertunjukan. Yang dimaksud tari tunggal lepas adalah tari yang biasanya dibawakan secara perorangan, dan tidak menggambarkan tokoh. Tari Golek sebagai tarian lepas, menurut hemat penulis, menggambarkan pencarian seorang perempuan terhadap: ilmu, pengalaman, bekal hidup (sekaligus bekal mati), potensi, dan jati diri. Tari golek ada banyak jenis. Nama aslinya kadang tenggelam dengan nama gendhing (lagu ) pengiringnya. Yang jelas apa pun namanya, tari golek ada bagian kenesnya dan anggunnya. Sebagian di antara tari golek: Golek Clunthang, Golek Cangklek, Golek Asmarandana, Golek Kenyo Tinembe, Golek Surung Dayung (Kudhup Sari), Golek Lambang Sari, Golek Ayun-ayun, Golek Pamularsih dan lain-lain.